Ekrem Imamoglu adalah politisi populer di Turki dengan gaya santai, lugas, dan kontemporer. Ia pandai menarik perhatian berbagai kalangan, dan berupaya melibatkan semua orang dalam politik secara inklusif, tanpa diskriminasi atau menyinggung perasaan.
Sikapnya juga dapat dilihat sebagai respons terhadap gaya pemerintahan Turki saat ini. Dalam politik Turki, penggunaan retorika “kita versus mereka” yang bersifat merendahkan dan menghina terhadap lawan politik cukup umum ditemui.
Sikap politisi berusia 54 tahun itu turut mendongkrak popularitasnya di masyarakat Turki yang kian terpolarisasi beberapa tahun terakhir. Wali Kota Istanbul sejak 2019 ini dianggap sebagai salah satu pesaing serius Presiden petahana Turki, Recep Tayyip Erdogan. Partai Rakyat Republik (CHP) yang sekuler bahkan telah menunjuknya sebagai calon presiden untuk pemilu mendatang.
Meskipun dikenal ramah, pada 19 Maret 2025, Imamoglu ditangkap atas tuduhan korupsi dan dugaan terorisme. Belakangan tuduhan terorisme dibatalkan, tetapi pengadilan memutuskan ia tetap harus menjalani penahanan praperadilan.
Penangkapan ini memicu protes oposisi terbesar di Turki sejak protes Gezi 2013. Meski dikawal ketat polisi, ribuan orang turun ke jalan di berbagai wilayah untuk menentang apa yang mereka anggap sebagai rekayasa untuk menggagalkan upaya Imamoglu mencalonkan diri sebagai presiden.
Sebagian besar warga Turki kemungkinan belum mengenal Imamoglu hingga 2019.
Lahir pada 1970, Imamoglu besar di Provinsi Trabzon. Di sana, ia mengikuti kelas pengajian Alquran yang memberinya dasar pendidikan agama. Imamoglu kemudian menempuh pendidikan di Siprus dan Istanbul, lulus dengan gelar manajemen bisnis.
Sebelum terjun ke politik, ia mengelola restoran di Istanbul yang khusus menyajikan kofte atau bakso Turki, sekaligus memimpin perusahaan konstruksi keluarga, Imamoglu Insaat. Pada 2002–2003, ia menjadi anggota dewan klub sepak bola Trabzonspor, sebuah klub kebanggaan kampung halamannya dan salah satu yang tersukses di Turki.
Pada 2009, ia mulai berkecimpung di politik lokal dan pada 2014 terpilih sebagai wali kota distrik Beylikduzu, kawasan kelas menengah Istanbul. Ketika Partai Rakyat Republik (CHP) menunjuknya sebagai calon Wali Kota Istanbul, keputusan ini mengejutkan banyak pihak.
Banyak pendukung oposisi yakin Imamoglu tidak memiliki peluang melawan kandidat yang didukung Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan.
Namun, Imamoglu memenangkan pemilu lokal itu dengan selisih 13.000 suara lebih banyak daripada kandidat AKP, dan merebut alih kota metropolitan yang selama 25 tahun dipimpin kalangan Islamis konservatif. Setelah AKP mengajukan banding, lembaga pemilu Turki, Mahkamah Pemilu Agung, membatalkan hasil pemilu.
Tiga bulan kemudian, ia menang lagi. Kali ini dengan selisih suara jauh lebih besar, yakni lebih dari 800.000 suara.
Imamoglu juga kembali terpilih sebagai Wali Kota Istanbul pada 2024. Presiden Erdogan dan AKP sebelumnya menetapkan tujuan untuk memenangkan pemilu ini dan menyebutnya sebagai “awal era baru”.
Posisi Wali Kota Istanbul juga penting bagi Erdogan, yang pernah menjabat sebagai wali kota pada 1994–1998. Imamoglu unggul hampir 10 persen dari pesaingnya dari AKP, Murat Kurum.
Tuduhan kecurangan pemilu, korupsi, dan paksaan terhadap pemilih telah membayangi pemilu di Turki. Kemenangan Imamoglu kerap dianggap sebagai bukti bahwa demokrasi Turki masih berjalan dan pemilu masih mungkin dimenangkan untuk melawan pemerintah AKP yang kian otoriter.
Tentu, Imamoglu juga tak lepas dari kritik. Saat sebagian Istanbul terdampak banjir pada 2019, ia sedang menjalani libur musim panas dan tidak hadir. Ketika gempa mengguncang Provinsi Elazig di Turki timur pada 2020, ia berkunjung bersama sejumlah politisi lain, tapi kemudian pergi berlibur ski ke wilayah lain di Turki.
“Wajar jika seorang kepala keluarga meluangkan dua hari liburan bersama anak-anaknya,” jawab Imamoglu kepada para pengkritik.
Dilek Kaya Imamoglu, istri Ekrem Imamoglu, muncul di hadapan ribuan demonstran yang telah berunjuk rasa selama lima malam berturut-turut sejak penangkapan suaminya.
Dia menyampaikan kepada puluhan ribu aksi massa di depan Balai Kota Istanbul bahwa pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan akan membayar konsekuensi karena menargetkan tokoh oposisi yang populer tersebut.
“Dia akan mengalahkan kalian! … Kalian akan kalah!” tegasnya.
“Ketidakadilan yang dialami Ekrem… menyentuh hari nurani semua orang. Setiap orang menemukan cerminan diri dan ketidakadilan yang mereka alami dalam perlakukan terhadap Ekrem,” tambahnya.
Balai Kota Istanbul menyatakan bahwa 15 juta orang memberikan suara dalam pemilihan pendahuluan oposisi untuk menetapkan Imamoglu sebagai calon Wali Kota Istanbul.
“Dari 15 juta suara, 13.211.000 di antaranya menyatakan solidaritas untuk Ekrem Imamoglu,” demikian rilis dalam sebuah pernyataan resmi.
Imamoglu yang kini ditahan dan ditangguhkan dari jabatan wali kota, merupakan satu-satunya calon dalam pemilihan ini.
Pemilihan pendahuluan yang telah direncanakan sejak lama ini diselenggarakan CHP untuk mencalonkan Imamoglu sebagai presiden.
Dari Penjara Silivri, Imamoglu memuji “referendum simbolis” ini. Melalui unggahan di X, ia menyatakan rakyat telah memberi pesan kepada Erdogan: “Cukuplah sudah! Bangsa akan memberikan tamparan tak terlupakan kepada pemerintah ini.”
Sebagian artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman pada 19 Januari 2023 dan diperbarui pada 23 Maret 2025
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!